Minggu, 01 Juni 2014

KURIKULUM

Edit Posted by with No comments


A.    PENGERTIAN KURIKULUM
Kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan ± 1 abad yang lampau. Pada tahun 1812 kata kurikulum belum terdapat dalam kamus Webster dan baru timbul pertama kalinya dalam kamus tahun 1856. Kurikulum pada waktu itu berarti “a race course (latihan balap), a place for running (suatu tempat untuk berlari/menjalankan) dan a chariot (kereta pacu zaman dahulu)” pada waktu itu kurikulum semula dipakai dalam bidang olah raga saja yang kemudian digunakan pula pada bidang pendidikan.

Webster tahun 1955, kurikulum di artikan “a course esp a specipied fixed coirse of study, as in school or college, as one leading to a degree” yakni Sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yang harus di tempuh untuk mencapai suatu ijazah atau tingkatan. Kurikulum juga diartikan “the whole body of courses offered in a educational institutional or department them” yakni keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu lembaga pendidikan. Di sini barulah kurikulum khusus digunakan dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Di Indonesia sendiri boleh dikatakan popular baru pada tahun lima puluhan, yang dipopulerkan oleh mereka (siswa) yang mendapatkan pendidikan di Amerika Serikat. Sebelumnya yang lazim digunakan ialah istilah “rencana pembelajaran” walaupun hakikatnya sama dengan istilah kurikulum. Seiring dengan perkembangan kurikulum itu sendiri maka kurikulum bukan lagi sekedar menjadi mata pelajaran akan tetapi telah menjadi liputan yang lebih luas, seperti meliputi hal-hal yang tidak di rencanakan di dalamnya yang meliputi setiap perubahan dan perkembangan anak didik itu sendiri. Perkembangan dari kurikulum ini disebabkan oleh sebab manusia tak kunjung puas dengan hasil pencapaian pendidikan di sekolah dan selalu ingin memperbaikinya.
Kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Suatu program pendidikan yang termasuk kurikulum dan kegiatan kokurikulum yang merangkumi semua pengetahuan, kemahiran, norma, nilai, unsur kebudayaan dan kepercayaan untuk membantu perkembangan seseorang murid dengan sepenuhnya dari segi jasmani, rohani, mental dan emosi serta untuk menanam dan mempertingkatkan nilai moral yang diingini dan untuk menyampaikan pengetahuan”

B.     DEFINISI KURIKULUM MENURUT BEBERAPA AHLI
1.      J Galen Sailor dan William M. Alexander
Dalam buku yang berjudul curriculum planning for better teaching and learning tahun 1956, kurikulum mempunyai arti : “The Curriculum is the Sum Total of School’s Effort to Influence Learning Whether in the Classroom, on the Playground, or Out of School” yakni segala usaha untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah (ekstra-kurikuler) termasuk kurikulum.
2.      B. Othanel Smith, W.O. Stanley dan J. Harian Shores
Kurikulum mempunyai arti “a sequence of potential experiences se up in the school for the purpose of disciplining children and youth in group ways of thinking and acting”, yakni : sejumlah pengalaman yang secara potensial dapat diberikan pada anak dan pemuda, agar mereka dapat berfikir dan berbuat sesuai dengan masyarakat.
3.      Harold B. Albertycs
Bukunya yang berjudul Reorganizing the Hight-School Curriculum tahun 1965, kurikulum mempunya arti “all of the activities that are provided for students by the school” yakni : seluruh aktifitas yang dapat mempengaruhi dan menambah pengalaman siswa di lingkungan sekolah.
4.      William B. Ragan
Bukunya berjudul Modern Elementary Curriculum tahun 1966, kurikulum mempunya arti “the tendency in recent decades has ben to use the term in a broader sense to refer to the whole life and program of the school. The term is used ….. to in clued all the experiences of children for which the school accepts responsibility” yakni : meliputi seluruh program dan kehidupan dalam sekolah yaitu segala pengalaman anak dibawah tanggung jawab sekolah, termasuk hubungan social antara guru dan murid.
Masih banyak lagi penafsiran kurikulum menurut para ahli dibidangnya yang pasti kurikulum bisa dikatakan produk, yakni sebagai hasil karya para pengembang kurikulum yang dituangkan dalam bentuk buku atau pedoman kurikulum. Kurikulum juga bisa ditafsirkan sebagai program , sebagai alat yang dapat dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan belajar, berupa kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuh kembangkan potensi siswa. Kurikulum juga bisa di tafsirkan sebagai pengalaman siswa, yakni aktualisasi siswa dalam belajar berdasarkan pengalaman yang mereka dapat dari keseharian baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.

C.    ASAS-ASAS KURIKULUM
Mengembangkan kurikulum bukan hal yang mudah karena kurikulum itu sendiri harus meliputi beberapa aspek yang harus ada di dalamnya. Adapun asas-asas yang harus diperhatikan dalam berkembangnya kurikulum adalah :
1.      Asas Filosofis
Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik” hakikatnya kebaikan itu harus sesuai dan di tentukan oleh nilai dan cita-cita filsafat baik filsafat yang dianut berdasarkan keyakinan (agama) maupun filsafat yang terdapat dalam kenegaraan.
2.      Asas Psikologis
Kurikulum dalam asas ini dipandang sebagai “child centered curriculum” yakni seorang anak merupakan tempat mempelajari kebutuhan anak, dimana anak dapat menumbuh kembangkan bakatnya sesuai bakat dan kemampuan nalurinya (insting). Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik dan dapat dipengaruhi kelakuannya.
3.      Asas Sosiologis
Anak tidak hidup sendiri terisoslasi dari dunia lainnya kita harus sadar bahwa mereka hidup dilingkungkungan masyarakat sama halnya dengan kita dengan kata lain bahwa mereka juga memerlukan penanganan yang sama dengan kita dari segi sosiolognya. Mereka juga mendapatkan tanggung jawab yang sama baik sebagai anak maupun sebagai orang dewasa kelaknya kepada dirinya dan lingkungan sekitarnya. Kita tahu bahwa ditiap masyarakat terdapat norma dan adat kebiasaan yang harus di ketahui oleh anak didik agar setelah dewasa mereka dapat merespon keadaan (insting) dengan benar.
4.      Asas Organisatoris
Asas ini menekankan pada kita bahwa kurikulum yang baik harus memikirkan seberapa besar pengaruh keberhasilan kurikulum kepada anak didik. Hal ini dapat dimonitoring apabila kurikulum itu sendiri telah terorganising secara baik. Dengan kata lain kurikulum dapat di sajikan secara terpisah-pisah (pembagian mata pelajaran) atau diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan dengan kehidupan nyata anak didik.

D.    KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM
Ralph W. Tayler “basic principles of curriculum an instruction” 1949 menyatakan bahwa kurikulum harus memenuhi komponen sebagai berikut :
1.      Tujuan
2.      Bahan Pelajaran
3.      Proses Belajar Mengajar
4.      Evaluasi / Penilaian

E.     PENTINGNYA KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN
1.      Pendidikan dan Kehidupan Masyarakat Sekarang
Pada zaman dahulu, waktu manusia masih hidup dalam kelompok-kelompok kecil, terpencil dan sederhana, pendidikan hanyalah didasarkan pada insting lahiriah saja. Anak-anak tidak perlu bersekolah mereka hanya cukup belajar dari keluarganya ataupun lingkungannya saja tanpa perlu didampingi seorang guru dan tanpa perlu juga adanya kurikulum dalam tahapan-tahapan belajarnya, apapun yang dia lihat maka itulah yang harus dipelajarinya baik hal yang disengaja maupun tidak disengaja.
Perubahan dalam masyarakat akhir-akhir ini sangat cepatnya, sehingga tidak jarang kita mendengar bahwa sekolah tidak mampu lagi menampung jumlah siswa yang akan belajar, ini disebabkan berkembangnya pola fikir yang dimiliki masyarakat terhadap pentingnya belajar disekolah. Ironinya sekolah-sekolah yang seharusnya peka terhadap perkembangan masyarakat malah tertinggal jauh oleh keinginan dan hasil yang diharapkan oleh masyarakat, sehingga berdampak kepada pola fikir yang kembali skeptis terhadap sekolah itu sendiri.
Pola fikir masyarakat yang berubah dengan cepat tidak terlepas dari peranan ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam teknologi, yang sering kita tidak ramalkan akibatnya. Perubahan-perubahan yang hebat dan cepat tersebut memberikan tugas yang lebih luas dan dan lebih berat kepada sekolah. Sekolah yang tradisional (kontemporer) pasti tidak akan memberikan pendidikan yang relevan. Norman Cousins mengatakan “seseorang tidak akan berkembang apabila dia tidak mengikuti perubahan social, politik dan ekonomi”.
Kemajuan teknologi dalam bentuk audio visual belakangan ini tidak serta merta akan membawa kepada kebaikan belaka, juga amat sangat berdampak terhadap mental dan jiwa siswa sehingga amat sangat diperlukan pengkajaian dan pembaharuan kurikulum pendidikan sebagai condition buck uping terhadap teknologi yang ada sekarang ini.
Banyak tanggapan terhadap permasalahan ini, menjadi titik permasalahannya adalah apakah fungsi dari sekolah itu sendiri terhadap masyarakat sebelum kita menanayakan atau membahas fungsi dari kurikulum terhadap sekolah. Pada satu pihak sekolah diartikan sebagai lembaga yang harus mengawetkan kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyangnya dengan mentransferkan kembali pada setiap generasi muda. Kalau saja definisi sekolah itu sendiri telah didapat (fungsi bagi masyarakat) maka fungsi dari kurikulum itupun akan mudah untuk disimpulkan. Seperti pada kasus adanya budaya,dalam masyarakat. Apakah setiap budaya yang ada dalam masyarakat itu harus dimasukan dalam kurikulum sebagai pernyataan bahwa sekolah memang jembatan pengenalan dan pembelajaran budaya. Apakah budaya yang akan kita masukan kedalam kurikulum itu mempunyai indikasi yang baik dan bersifat aktualisasi.
Di lain pihak ada anggapan bahwa fungsi sekolah adalah memajukan masyarakat dan bertindak sebagai “agent of change” banyak yang diharapkan dari sekolah, ada yang beranggapan bahwa dengan anaknya menjalani sekolah maka bisa menghilangkan kemiskinan, kemelaratan dan banyak lagi yang bersifat dan menjadi penyakit masyarakat. Jhon Dewey memandang sekolah dan pendidikan merupakan alat yang paling efektif dalam merekonstruksi dan memperbaiki masyarakat melalui pendidikan individu. Menurut G. S. Counts ia lebih jauh lagi memahmai sekolah dan pendidikan menurutnya pendidikan tidak sekedar menuntun kepada perubahan individu melainkan perubahan yang membawa dampak bagi tatanan social budayanya .
Kurikulum sekolah selalu ditentukan oleh keberadaan dan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada. Menurut Jhon Dewey adalah pengembangan individu “child centred” adalah hal yagn utama dari kurikulum sekolah, hal ini sesuia dengan peraturan pendidikan Negara kita yakni agar setiap anak dapat dikembangkan sesuai dengan bakat masing-masing tetapi dilain pihak hal ini terkadang berbenturan dengan keadaan dan keinginan masyarakat itu sendiri. Mengembangkan masyarakat akan tercipta apabila pengembangan individu dapat dilaksanakan dan pengembangan kurikulum akan terwujud dari pengembangan individu masyarakat.

2.      Fungsi Kurikulum
a)      Bahan pelajaran dapat disajikan secara logis dan sistematis.
b)      Kurikulum sebagai organisator mudah direncanakan dan dilaksanakan.
c)      Kurikulum akan memudahkan penilaian / evaluasi kepada anak didik.
d)     Kurikulum bersifat fleksibel.
e)      Memudahkan kepada pendidik.


F.     KESIMPULAN
Kurikulum merupakan kegaiatan yang disajikan di sekolah berupa instrumen, rangkaian unit materi belajar yang telah disusun, dan seperangkat rencana yang berisi pengalaman belajar bagi pelajar atau anak didik, agar dapat merealisasikan bakatnya dan dapat mengembangkan taraf hidup dalam masyarakat berdasarkan kemampuan yang dimiliki sebelumnya. Oleh karena itu kurikulum harus di organisasikan dengan baik agar sasaran dan tujuan pendidikan ditetapkan dapat tercapai .




DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi. Aksara.
Nasution, S. 2001. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.
Soehendro, Bambang. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

0 komentar:

Posting Komentar